Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kasus Udang Radioaktif dan Diplomasi Dagang: Indonesia Tetap Kukuh Hadapi AS

Zsmart.id - Seorang menteri Indonesia menegaskan bahwa persoalan udang yang terdeteksi radioaktif tidak akan mengganggu perundingan tarif dengan Amerika Serikat. Menurutnya, isu kesehatan pangan dan negosiasi dagang merupakan dua hal yang berdiri sendiri.

udang kontaminasi radioaktif
Sumber: freepik.com

Tahun ini hubungan dagang Indonesia-AS cukup kompleks. Meski AS telah menetapkan tarif 19 persen atas sejumlah produk Indonesia, pemerintah Indonesia tetap berupaya merampungkan kesepakatan akhir, dengan harapan beberapa komoditas bisa dibebaskan dari tarif, seperti minyak sawit dan kakao.

Pada saat pembahasan tarif masih berlangsung, Badan Pengawas Makanan dan Obat AS (FDA) mulai memperketat pengawasan terhadap udang asal Indonesia, setelah menemukan zat radioaktif Caesium-137 dalam sampel udang. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menyatakan bahwa Indonesia terus berdialog intensif dengan FDA, namun ia yakin kasus ini murni soal keamanan pangan, bukan bagian dari sengketa dagang.

Ia menekankan bahwa Indonesia akan membuktikan bahwa udang yang diekspor ke AS aman dan bebas dari kontaminasi. “Tidak ada masalah,” katanya optimistis.

Kasus bermula pada awal Agustus, ketika FDA menarik produk udang beku dari perusahaan Bahari Makmur Sejati karena dugaan kontaminasi. Walaupun produk tersebut belum masuk pasar AS, kejadian itu membuat FDA mewajibkan sertifikasi impor udang dari beberapa wilayah Indonesia. Perusahaan tersebut kini dilarang mengekspor ke AS.

Satgas pemerintah kemudian menemukan keberadaan Caesium-137 di 22 fasilitas di kawasan industri Cikande, Serang. Fasilitas milik perusahaan terkait dilaporkan telah dibersihkan dan dinyatakan aman oleh Bapeten. Ekspor udang Indonesia sendiri menghasilkan sekitar 1,7 miliar dolar AS pada 2024, dengan AS sebagai pasar terbesar.

Di sisi lain, sejak April, Presiden AS Donald Trump telah menaikkan tarif untuk banyak negara, termasuk Indonesia. Walau kesepakatan prinsip sudah diraih pada Juli, pembicaraan terus berlanjut untuk memformalkan tarif 19 persen yang kini diberlakukan. Negosiator Indonesia, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa finalisasi perjanjian ditargetkan selesai akhir bulan. Penasihat ekonomi senior Presiden Prabowo, Luhut Binsar Pandjaitan, juga tengah berada di AS untuk memperkuat hubungan ekonomi dan tarif timbal balik.

Kasus udang radioaktif ini sebenarnya menyentuh dua ranah penting: keamanan pangan dan diplomasi perdagangan. Meski pemerintah berusaha memisahkan keduanya, realitas di lapangan menunjukkan bahwa isu kualitas produk bisa memengaruhi kepercayaan pasar dan posisi tawar dalam negosiasi.

Namun, sikap tegas Indonesia untuk tetap melanjutkan dialog tarif sambil menyelesaikan isu keamanan menunjukkan strategi diplomasi yang bijak: mengatasi masalah teknis tanpa menyerah dalam perundingan ekonomi yang lebih besar.

Ke depan, Indonesia perlu memperkuat pengawasan mutu produk ekspor, bukan hanya demi reputasi, tapi juga agar tidak menjadi celah untuk tekanan dagang terselubung. Pasar AS sangat sensitif terhadap isu keamanan pangan, dan satu insiden bisa berdampak besar.

Dengan kata lain, diplomasi ekonomi tidak hanya soal negosiasi tarif, tetapi juga soal menjaga standar produk agar tidak menjadi alasan bagi negara lain untuk membatasi akses pasar.

Post a Comment for "Kasus Udang Radioaktif dan Diplomasi Dagang: Indonesia Tetap Kukuh Hadapi AS"